Robert Raikes (lahir 14 September 1736 – meninggal 5 April 1811 pada umur 74 tahun) adalah seorang dermawan Inggris yang dikenal sebagai bapak pendiri Sekolah minggu. Ia lahir di Gloucester pada 1736, anak sulung dari pasangan Mary Drew dan Robert Raikes seorang penerbit surat kabar di Inggris. Ia dibaptis pada tanggal 24 September 1736 di gereja St. Mary de Crypt di Gloucester. Pada 23 Desember 1767, ia menikah dengan Anne Trigge, seorang wanita yang berasal dari keluarga terhormat, dan dikaruniai tiga anak laki-laki dan tujuh anak perempuan.
Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di sekolah milik Gereja St. Mary de Crypt tempat ia dibaptiskan. Setelah lulus pendidikan dasar, pada usia empat belas tahun, ia melanjutkan studi di sekolah Katedral Gloucester. Suasana sekolah ini begitu ketat. Anak-anak dididik dengan kurikulum yang klasik. Pada pukul enam pagi, mereka mengawalinya dengan ibadah. Ibadah dimulai dengan pembacaan mazmur, doa, renungan, dan nyanyian rohani. Di sekolah ini, para murid dituntut menguasai beberapa bahasa, antara lain bahasa Yunani, Latin, dan Prancis.
Dia mewarisi bisnis penerbitan dari ayahnya, menjadi pemilik Gloucester Journal pada 1757. Dia kemudian memindahkan bisnisnya ke Rumah Robert Raikes pada 1758. Gerakan ini dimulai dengan sekolah untuk anak laki-laki di daerah kumuh. Raikes menjadi tertarik pada reformasi penjara, khususnya dengan kondisi di penjara Gloucester dan melihat bahwa kejahatan lebih baik dicegah daripada disembuhkan. Dia melihat sekolah sebagai intervensi terbaik. Waktu terbaik yang tersedia adalah hari Minggu karena anak-anak lelaki itu sering bekerja di pabrik selama enam hari lainnya. Guru terbaik yang tersedia adalah umat awam. Buku teks itu adalah Alkitab, dan kurikulum yang awalnya dimaksudkan dimulai dengan belajar membaca dan kemudian berkembang menjadi katekismus.
Robert Raikes dikenal sebagai penggagas sekolah minggu meskipun ia tidak memulai Sekolah Minggu pertama. Beberapa sudah ada seperti yang didirikan oleh Hannah Ball di High Wycombe. Pada abad 18, Inggris sedang dilanda krisis ekonomi yang sangat parah sebagai akibat Revolusi Industri. Robert Raikes melihat banyak anak-anak yang harus menjadi tenaga kerja di pabrik-pabrik sebagai buruh kasar dan bekerja enam hari dalam seminggu, yaitu pada hari senin hingga sabtu. Hari minggu mereka libur. Oleh karena itu, pada hari Minggu, mereka menjadi liar dikarenakan hanya pada hari inilah mereka bisa beriang gembira. Kebanyakan dari mereka menghabiskan uang penghasilan mereka dengan hal-hal yang tidak berguna seperti minum-minuman keras.
Melihat keadaan itu, Robert Raikes bertekad untuk mengubah keadaan. Ia kemudian memulai sekolah minggu ini di dapur Ny. Mederith di kota Scooty Alley pada Juli 1780. Di sana, selain mendapat makanan, anak-anak diajarkan sopan santun, membaca, dan menulis. Menurut Raikes, buku pelajaran yang terbaik yang bisa dipakai adalah Alkitab. Namun guru itu akhirnya menyerah karena tidak mampu mengajar mereka. Tapi muncullah seorang guru yang ke-2 yang bernama Ibu Crithchey. Ia lebih pintar dan jabatan guru turun temurun terus. Aturan pun akhinya dibuat pelajaran dimulai jam 10:00 – 12:00 pulang makan siang dan pukul 13:00 – 17:00. Setelah itu mereka diperbolehkan pulang dan selalu diingatkan untuk langsung pulang ke rumah dan tidak berbuat keributan di jalan.
Dalam dua tahun, sekolah minggu dibuka di beberapa sekolah dan di sekitar Gloucester. Raikes kemudian mempublikasikan sekolah minggu melalui Gentleman’s Magazine, dan juga Arminian Magazine pada 1784. Timbul perselisihan tentang gerakan ini di tahun-tahun awal. Sekolah-sekolah itu secara mengejek disebut “Raikes ‘Ragged School”. Pihak pengusaha menentang karena khawatir jika buruh anak-anak bisa membaca dan menulis maka mereka akan meminta upah yang lebih besar. Kritik terberat yang diajukan termasuk bahwa itu akan melemahkan pendidikan agama berbasis rumah, bahwa itu mungkin merupakan penodaan hari Sabat, dan bahwa orang Kristen tidak boleh dipekerjakan pada hari Sabat. Beberapa gerejawi terkemuka — di antaranya Uskup Samuel Horsley — menentang mereka dengan alasan bahwa mereka mungkin tunduk pada tujuan propaganda politik. “Perselisihan Sabat” pada tahun 1790-an membuat banyak sekolah Minggu menghentikan pengajaran tulisan mereka.
Akhirnya atas bantuan John Wesley (pendiri Gereja Methodis), kehadiran sekolah minggu diterima juga oleh gereja, mula-mula oleh Gereja Methodis, akhirnya gereja-gereja Protestan lain. Pada tahun 1831, sekolah minggu di Inggris telah mengajar 1.250.000 anak, sekitar 25 persen dari populasi.
Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di sekolah milik Gereja St. Mary de Crypt tempat ia dibaptiskan. Setelah lulus pendidikan dasar, pada usia empat belas tahun, ia melanjutkan studi di sekolah Katedral Gloucester. Suasana sekolah ini begitu ketat. Anak-anak dididik dengan kurikulum yang klasik. Pada pukul enam pagi, mereka mengawalinya dengan ibadah. Ibadah dimulai dengan pembacaan mazmur, doa, renungan, dan nyanyian rohani. Di sekolah ini, para murid dituntut menguasai beberapa bahasa, antara lain bahasa Yunani, Latin, dan Prancis.
Dia mewarisi bisnis penerbitan dari ayahnya, menjadi pemilik Gloucester Journal pada 1757. Dia kemudian memindahkan bisnisnya ke Rumah Robert Raikes pada 1758. Gerakan ini dimulai dengan sekolah untuk anak laki-laki di daerah kumuh. Raikes menjadi tertarik pada reformasi penjara, khususnya dengan kondisi di penjara Gloucester dan melihat bahwa kejahatan lebih baik dicegah daripada disembuhkan. Dia melihat sekolah sebagai intervensi terbaik. Waktu terbaik yang tersedia adalah hari Minggu karena anak-anak lelaki itu sering bekerja di pabrik selama enam hari lainnya. Guru terbaik yang tersedia adalah umat awam. Buku teks itu adalah Alkitab, dan kurikulum yang awalnya dimaksudkan dimulai dengan belajar membaca dan kemudian berkembang menjadi katekismus.
Robert Raikes dikenal sebagai penggagas sekolah minggu meskipun ia tidak memulai Sekolah Minggu pertama. Beberapa sudah ada seperti yang didirikan oleh Hannah Ball di High Wycombe. Pada abad 18, Inggris sedang dilanda krisis ekonomi yang sangat parah sebagai akibat Revolusi Industri. Robert Raikes melihat banyak anak-anak yang harus menjadi tenaga kerja di pabrik-pabrik sebagai buruh kasar dan bekerja enam hari dalam seminggu, yaitu pada hari senin hingga sabtu. Hari minggu mereka libur. Oleh karena itu, pada hari Minggu, mereka menjadi liar dikarenakan hanya pada hari inilah mereka bisa beriang gembira. Kebanyakan dari mereka menghabiskan uang penghasilan mereka dengan hal-hal yang tidak berguna seperti minum-minuman keras.
Melihat keadaan itu, Robert Raikes bertekad untuk mengubah keadaan. Ia kemudian memulai sekolah minggu ini di dapur Ny. Mederith di kota Scooty Alley pada Juli 1780. Di sana, selain mendapat makanan, anak-anak diajarkan sopan santun, membaca, dan menulis. Menurut Raikes, buku pelajaran yang terbaik yang bisa dipakai adalah Alkitab. Namun guru itu akhirnya menyerah karena tidak mampu mengajar mereka. Tapi muncullah seorang guru yang ke-2 yang bernama Ibu Crithchey. Ia lebih pintar dan jabatan guru turun temurun terus. Aturan pun akhinya dibuat pelajaran dimulai jam 10:00 – 12:00 pulang makan siang dan pukul 13:00 – 17:00. Setelah itu mereka diperbolehkan pulang dan selalu diingatkan untuk langsung pulang ke rumah dan tidak berbuat keributan di jalan.
Dalam dua tahun, sekolah minggu dibuka di beberapa sekolah dan di sekitar Gloucester. Raikes kemudian mempublikasikan sekolah minggu melalui Gentleman’s Magazine, dan juga Arminian Magazine pada 1784. Timbul perselisihan tentang gerakan ini di tahun-tahun awal. Sekolah-sekolah itu secara mengejek disebut “Raikes ‘Ragged School”. Pihak pengusaha menentang karena khawatir jika buruh anak-anak bisa membaca dan menulis maka mereka akan meminta upah yang lebih besar. Kritik terberat yang diajukan termasuk bahwa itu akan melemahkan pendidikan agama berbasis rumah, bahwa itu mungkin merupakan penodaan hari Sabat, dan bahwa orang Kristen tidak boleh dipekerjakan pada hari Sabat. Beberapa gerejawi terkemuka — di antaranya Uskup Samuel Horsley — menentang mereka dengan alasan bahwa mereka mungkin tunduk pada tujuan propaganda politik. “Perselisihan Sabat” pada tahun 1790-an membuat banyak sekolah Minggu menghentikan pengajaran tulisan mereka.
Akhirnya atas bantuan John Wesley (pendiri Gereja Methodis), kehadiran sekolah minggu diterima juga oleh gereja, mula-mula oleh Gereja Methodis, akhirnya gereja-gereja Protestan lain. Pada tahun 1831, sekolah minggu di Inggris telah mengajar 1.250.000 anak, sekitar 25 persen dari populasi.